Medan - Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) dan FISIP UMSU Anang Anas Azhar (42), berhasil meraih gelar doktor Komunikasi Islam ke-13 dan doktor ke-103 Pascasarjana UINSU dalam ujian promosi doktor (S3), di Gedung Pascasarjana UINSU Jalan IAIN Medan, Rabu (19/10) sore.
Rapat sidang terbuka langsung dipimpin Rektor UINSU Prof Dr Saidurrahman MAg dan Direktur Pascasarjana Prof Dr Ramli Abdul Wahid. Di hadapan penguji sidang Prof Dr Hasyimsyah Nasution MA, Prof Dr Syukur Kholil MA, Prof Dr Mohd Hatta, Prof Dr Katimin MAg dan Prof Dr Suwardi Lubis MS, Anang berhasil mempertahankan disertasinya berjudul "Pencitraan Politik Partai Amanat Nasioanl (PAN) Dalam Menarik Simpatik Masyarakat di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2015."
Anang Anas Azhar dinyatakan lulus oleh seluruh penguji setelah diumumkan dan memeroleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,63 atau sangat memuaskan. Atas dasar mempertahankan sejumlah argumentasinya terhadap disertasinya itu, kelayakan doktor berhak disandang Anang Anas Azhar yang pernah mengaktifkan diri sebagai politisi selama 12 tahun itu.
Anak Saibon AS (alm) dan Jamilah (almh) ini, sejak lama telah mengabdikan diri sebagai politisi dan wartawan dan akhirnya kembali ke dunia kampus mengabdikan ilmunya di UINSU dan UMSU.
Salah satu temuan khusus dalam penelitian yang dikaji Anang, adalah terkait penetapan caleg PAN di sejumlah daerah pemilihan (Dapil). PAN menggunakan strategi segitiga dalam memenangi pemilihan umum, seperti kesukuan, keagamaan dan kedaerahan. PAN menggunakan strategi segitiga ini untuk memenangkan pemilihan umum. Antara kesukuan, kedaerahan dan keagamaan paling signifikan untuk memenangi pemilu.
"Temuan saya, PAN masih kuat menggunakan tiga strategi ini. Kesukuan dipentingkan untuk melihat figur caleg dari mana asalnya, begitu juga dengan asal daerah dan agama. Tidak mungkin caleg PAN ditempatkan di basis Kristen, sementara caleg-nya Islam," katanya.
Di hadapan penguji, Anang menyampaikan, sukses tidaknya misi politik, sangat erat kaitannya dengan pencitraan. Sebab kata dia, tujuan pencitraan untuk meyakinkan dan mempengaruhi pemilih dengan cara menanamkan opini positif kepada masyarakat tentang partai yang dicitrakan.
Dalam isi disertasinya, Anang mengajukan tiga pertanyaan penting, yakni pencitraan yang dilakukan PAN, kemudian keberhasilan pencitraan yang dilakukan PAN dan model pencitraan yang paling berpengaruh yang dilakukan PAN. Hasil penelitian itu terungkap, Pertama, untuk meningkatkan simpatisme masyarakat, pencitraaan politik yang dilakukan DPW PAN Sumut sepanjang tahun 2005-2015, PAN melakukan pencitraan melalui iklan politik di surat kabar, merealisasikan program unggulan yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, yang dirangkum dalam 5 program aksi, yaitu konsolidasi partai, kaderisasi, atributisasi, sosialisasi, dan aksi.
Kedua, pencitraan yang dilakukan DPW PAN Sumut berhasil meraih simpatisme masyarakat yang ditunjukkan lewat pemberian dukungan suara pada setiap pemilu. Dukungan tersebut muncul dari berbagai lapisan masyarakat, baik muslim, non muslim, Muhammadiyah dan non-Muhammadiyah, sehingga perolehan suara PAN sepanjang 2005-2015 tergolong stabil. Keberhasilan pencitraan juga terlihat dari keberhasilan PAN meraih 11 kursi di DPRD Kabupaten Labusel dan 7 kursi DPRD di Kabupaten Serdang Bedagai.
Ketiga, dari beberapa model pencitraan politik yang dilakukan DPW PAN Sumatera Utara, model pencitraan politik yang paling berpengaruh adalah komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan program unggulan aksi nyata PAN.
Rektor UINSU Prof Saidurrahman sebagai ketua tim penguji meminta Anang tidak berhenti berkarya setelah menyandang gelar doktor, tapi harus terus meningkatkan keilmuannya ke tahap yang lebih tinggi. “Disertasi ini jangan jadi karya terakhir saudara. Tapi teruslah berkarya hingga meraih profesor. Apalagi saudara orang yang rajin menulis, sangat terbuka untuk meraih profesor,” kata Rektor.
UINSU sendiri, kata Saidurrahman, saat ini baru memiliki 30-an profesor. “Sebagai universitas, saya menargetkan dalam beberapa tahun ini UINSU memiliki 100 profesor. Saya berharap, saudara Anang Anas Azhar termasuk di dalamnya,” kata Rektor.**
Rapat sidang terbuka langsung dipimpin Rektor UINSU Prof Dr Saidurrahman MAg dan Direktur Pascasarjana Prof Dr Ramli Abdul Wahid. Di hadapan penguji sidang Prof Dr Hasyimsyah Nasution MA, Prof Dr Syukur Kholil MA, Prof Dr Mohd Hatta, Prof Dr Katimin MAg dan Prof Dr Suwardi Lubis MS, Anang berhasil mempertahankan disertasinya berjudul "Pencitraan Politik Partai Amanat Nasioanl (PAN) Dalam Menarik Simpatik Masyarakat di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2015."
Anang Anas Azhar dinyatakan lulus oleh seluruh penguji setelah diumumkan dan memeroleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,63 atau sangat memuaskan. Atas dasar mempertahankan sejumlah argumentasinya terhadap disertasinya itu, kelayakan doktor berhak disandang Anang Anas Azhar yang pernah mengaktifkan diri sebagai politisi selama 12 tahun itu.
Anak Saibon AS (alm) dan Jamilah (almh) ini, sejak lama telah mengabdikan diri sebagai politisi dan wartawan dan akhirnya kembali ke dunia kampus mengabdikan ilmunya di UINSU dan UMSU.
Salah satu temuan khusus dalam penelitian yang dikaji Anang, adalah terkait penetapan caleg PAN di sejumlah daerah pemilihan (Dapil). PAN menggunakan strategi segitiga dalam memenangi pemilihan umum, seperti kesukuan, keagamaan dan kedaerahan. PAN menggunakan strategi segitiga ini untuk memenangkan pemilihan umum. Antara kesukuan, kedaerahan dan keagamaan paling signifikan untuk memenangi pemilu.
"Temuan saya, PAN masih kuat menggunakan tiga strategi ini. Kesukuan dipentingkan untuk melihat figur caleg dari mana asalnya, begitu juga dengan asal daerah dan agama. Tidak mungkin caleg PAN ditempatkan di basis Kristen, sementara caleg-nya Islam," katanya.
Di hadapan penguji, Anang menyampaikan, sukses tidaknya misi politik, sangat erat kaitannya dengan pencitraan. Sebab kata dia, tujuan pencitraan untuk meyakinkan dan mempengaruhi pemilih dengan cara menanamkan opini positif kepada masyarakat tentang partai yang dicitrakan.
Dalam isi disertasinya, Anang mengajukan tiga pertanyaan penting, yakni pencitraan yang dilakukan PAN, kemudian keberhasilan pencitraan yang dilakukan PAN dan model pencitraan yang paling berpengaruh yang dilakukan PAN. Hasil penelitian itu terungkap, Pertama, untuk meningkatkan simpatisme masyarakat, pencitraaan politik yang dilakukan DPW PAN Sumut sepanjang tahun 2005-2015, PAN melakukan pencitraan melalui iklan politik di surat kabar, merealisasikan program unggulan yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, yang dirangkum dalam 5 program aksi, yaitu konsolidasi partai, kaderisasi, atributisasi, sosialisasi, dan aksi.
Kedua, pencitraan yang dilakukan DPW PAN Sumut berhasil meraih simpatisme masyarakat yang ditunjukkan lewat pemberian dukungan suara pada setiap pemilu. Dukungan tersebut muncul dari berbagai lapisan masyarakat, baik muslim, non muslim, Muhammadiyah dan non-Muhammadiyah, sehingga perolehan suara PAN sepanjang 2005-2015 tergolong stabil. Keberhasilan pencitraan juga terlihat dari keberhasilan PAN meraih 11 kursi di DPRD Kabupaten Labusel dan 7 kursi DPRD di Kabupaten Serdang Bedagai.
Ketiga, dari beberapa model pencitraan politik yang dilakukan DPW PAN Sumatera Utara, model pencitraan politik yang paling berpengaruh adalah komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan program unggulan aksi nyata PAN.
Rektor UINSU Prof Saidurrahman sebagai ketua tim penguji meminta Anang tidak berhenti berkarya setelah menyandang gelar doktor, tapi harus terus meningkatkan keilmuannya ke tahap yang lebih tinggi. “Disertasi ini jangan jadi karya terakhir saudara. Tapi teruslah berkarya hingga meraih profesor. Apalagi saudara orang yang rajin menulis, sangat terbuka untuk meraih profesor,” kata Rektor.
UINSU sendiri, kata Saidurrahman, saat ini baru memiliki 30-an profesor. “Sebagai universitas, saya menargetkan dalam beberapa tahun ini UINSU memiliki 100 profesor. Saya berharap, saudara Anang Anas Azhar termasuk di dalamnya,” kata Rektor.**
0 comments:
Post a Comment