Medan - Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Dr Anang Anas Azhar MA menilai, kunjungan Kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia, karena Arab Saudi berkeinginan Indonesia menjadi macan Asia bidang ekonomi.
"Selama ini, komunkasi politik antara Indonesia dan Arab Saudi sangat baik. Hubungan diplomatik antara dua negara penganut Islam mayoritas ini njuga baik. Kedatangan Raja Salman, saya kira karena Arab ingin Indonesia jadi macam ekonomi Asia," kata Anang Anas Azhar menjawab wartawan, di Medan, Jumat (24/2).
Sesuai rencana, kedatangan Raja Salman ke Indonesia mulai tanggal 1-9 Maret 2017. Kedatangan ini menurut Anang, memilih arti penting dan strategis bagi kedua negara. Apalagi, kunjungan Raja Arab Saudi sejak 47 tahun belum pernah ke Indonesia.
Anang menyebutkan, dalam 40-an tahun terakhir, kiblat ekonomi dunia ada di tangan Ameria Serikat. Ada kemungkinan, kedatangan Raja Salman ke Indonesia akan menggeser kiblat dunia ke Arab, dan menjadikan Indonesia sebagau negara yang berkembang di Asia sebagai mitra alternatif menggantikan Amerika.
"Sebagai negara muslim terbesar di dunia, kita bangga kedatangan Raja Salman ke Indonesia. Tapi, setidaknya, kunjungan Raja Salman ini diikuti dengan masuknya investor di seluruh lini, agar ekonomi Indonesia cepat tumbuh," katanya.
Anang Anas Azhar yang juga lulusan Doktor Komunikasi Islam UIN-SU ini menilai, kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia, tak perlu diperdebatkan apalagi ditolak. "Seharusnya, kita sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia bangga. Ini memberi makna bahwa Indonesia pun mulai dilirik negara-negara di kawasan Timur Tengah," katanya.
Saat ini, kata Anang, perubahan politik dunia yang banyak berkiblat ke Amerika Serikat mengalami gunjang-ganjing politik, khususnya antara dunia di Timur Tengah.
Sejak Trump sebagai Presiden Amerika, kata Anang, banyak menimbulkan kontroversi, khususnya kebijakan diskriminatif yang justu merugikan dunia Islam di kawasan Timur Tengah.
"Kebijakan diskriminatif ini, justru merugikan dunia Islam. Ini juga membuat ketidaknyamanan bagi para investor Timur Tengah," katanya.
Sejumlah media sudah memberitakan, bahwa kunjungan ke Indonesia itu, Raja Salman akan membawa 1.500 anggota delegasi, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.**
"Selama ini, komunkasi politik antara Indonesia dan Arab Saudi sangat baik. Hubungan diplomatik antara dua negara penganut Islam mayoritas ini njuga baik. Kedatangan Raja Salman, saya kira karena Arab ingin Indonesia jadi macam ekonomi Asia," kata Anang Anas Azhar menjawab wartawan, di Medan, Jumat (24/2).
Sesuai rencana, kedatangan Raja Salman ke Indonesia mulai tanggal 1-9 Maret 2017. Kedatangan ini menurut Anang, memilih arti penting dan strategis bagi kedua negara. Apalagi, kunjungan Raja Arab Saudi sejak 47 tahun belum pernah ke Indonesia.
Anang menyebutkan, dalam 40-an tahun terakhir, kiblat ekonomi dunia ada di tangan Ameria Serikat. Ada kemungkinan, kedatangan Raja Salman ke Indonesia akan menggeser kiblat dunia ke Arab, dan menjadikan Indonesia sebagau negara yang berkembang di Asia sebagai mitra alternatif menggantikan Amerika.
"Sebagai negara muslim terbesar di dunia, kita bangga kedatangan Raja Salman ke Indonesia. Tapi, setidaknya, kunjungan Raja Salman ini diikuti dengan masuknya investor di seluruh lini, agar ekonomi Indonesia cepat tumbuh," katanya.
Anang Anas Azhar yang juga lulusan Doktor Komunikasi Islam UIN-SU ini menilai, kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia, tak perlu diperdebatkan apalagi ditolak. "Seharusnya, kita sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia bangga. Ini memberi makna bahwa Indonesia pun mulai dilirik negara-negara di kawasan Timur Tengah," katanya.
Saat ini, kata Anang, perubahan politik dunia yang banyak berkiblat ke Amerika Serikat mengalami gunjang-ganjing politik, khususnya antara dunia di Timur Tengah.
Sejak Trump sebagai Presiden Amerika, kata Anang, banyak menimbulkan kontroversi, khususnya kebijakan diskriminatif yang justu merugikan dunia Islam di kawasan Timur Tengah.
"Kebijakan diskriminatif ini, justru merugikan dunia Islam. Ini juga membuat ketidaknyamanan bagi para investor Timur Tengah," katanya.
Sejumlah media sudah memberitakan, bahwa kunjungan ke Indonesia itu, Raja Salman akan membawa 1.500 anggota delegasi, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.**
0 comments:
Post a Comment