Medan - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Dr Anang Anas Azhar MA menilai, kekalahan calon kepala daerah yang diusung PDIP di 44 daerah di Indonesia, terkait pencitraan politik Presiden Joko Widodo semakin turun.
"Ada pengaruh signifikan atas pencitraan politik Jokowi sebagai presiden, yang notabenenya berasal dari kader PDIP. Ini menjadi faktor utama, mengapa PDIP kalah di 44 daerah pada pilkada 15 februari lalu," kata Anang Anas menjawab pertanyaan wartawan, Senin (20/2) di Medan.
Jika dipersentasekan kata Anang, perhelatan pemilihan kepala daerah serentak 2017, PDIP mengalami kekalahan di 44 daerah atau 43,6 persen. Dari 101 provinsi, kabupaten dan kota yang menggelar Pilkada, partai berlambang banteng moncong putih itu hanya memenangi di 57 daerah. "Persentase ini, jelas tidak sesuai target PDIP, dan ini bisa berdampak fatal bagi kader-kader PDIP di arus bawah," kata Anang.
Anang menyebutkan, sejumlah analisis politik yang pantas diungkapkan, mengapa calon PDIP mengalami kekalahan yang banyak pada pilkada serentak lalu, ada faktor internal PDIP sendiri. Misalnya, kader PDIP yang diusung menjadi kepala daerah kurang siap terhadap finansialnya, termasuk logistik yang terbatas.
Kemudian, kata Anang, minimnya ikatan kandidat secara emosional dengan pemilihan di arus bawah, selanjutnya kader partai yang diusung kurang banyak bersosialisasi.
Yang paling fatal, kata Anang, kekalahan calon PDIP, karena tingkat kepercayaan pemerintah yang dipimpin Joko Widodo semakin hari semakin menurun. Kebijakan strategis yang dijalankan pemerintah untuk membangun bangsa ini, belum sesuai harapan rakyat.
"Oleh karenanya, tingkat kepercayaan rakyat terus turun. Nah, ini berdampak terhadap kepercayaan calon kepala daerah yang diusung PDIP di seluruh daerah yang menggelar pilkada serentak," katanya.**
"Ada pengaruh signifikan atas pencitraan politik Jokowi sebagai presiden, yang notabenenya berasal dari kader PDIP. Ini menjadi faktor utama, mengapa PDIP kalah di 44 daerah pada pilkada 15 februari lalu," kata Anang Anas menjawab pertanyaan wartawan, Senin (20/2) di Medan.
Jika dipersentasekan kata Anang, perhelatan pemilihan kepala daerah serentak 2017, PDIP mengalami kekalahan di 44 daerah atau 43,6 persen. Dari 101 provinsi, kabupaten dan kota yang menggelar Pilkada, partai berlambang banteng moncong putih itu hanya memenangi di 57 daerah. "Persentase ini, jelas tidak sesuai target PDIP, dan ini bisa berdampak fatal bagi kader-kader PDIP di arus bawah," kata Anang.
Anang menyebutkan, sejumlah analisis politik yang pantas diungkapkan, mengapa calon PDIP mengalami kekalahan yang banyak pada pilkada serentak lalu, ada faktor internal PDIP sendiri. Misalnya, kader PDIP yang diusung menjadi kepala daerah kurang siap terhadap finansialnya, termasuk logistik yang terbatas.
Kemudian, kata Anang, minimnya ikatan kandidat secara emosional dengan pemilihan di arus bawah, selanjutnya kader partai yang diusung kurang banyak bersosialisasi.
Yang paling fatal, kata Anang, kekalahan calon PDIP, karena tingkat kepercayaan pemerintah yang dipimpin Joko Widodo semakin hari semakin menurun. Kebijakan strategis yang dijalankan pemerintah untuk membangun bangsa ini, belum sesuai harapan rakyat.
"Oleh karenanya, tingkat kepercayaan rakyat terus turun. Nah, ini berdampak terhadap kepercayaan calon kepala daerah yang diusung PDIP di seluruh daerah yang menggelar pilkada serentak," katanya.**
0 comments:
Post a Comment