Medan - Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Dr Anang Anas Azhar MA mengatakan, sentimen agama dengan latarbelakang agama tertentu terhadap pasangan calon pada pilkada serentak 2017 lalu, sangat rentan mempengaruhi sikap pemilih.
"Kalau disebut isu SARA tidak sepenuhnya benar. Tapi, sikap pemilih terhadap asal agama dari pasangan calon sangat dominan mempengaruhi sikap pemilih," kata Anang Anas Azhar menjawab wartawan, di Medan, Selasa (21/2).
Fakta yang baru terjadi, kata Anang, pilkada DKI Jakarta memperlihatkan bahwa pasangan Ahok-Djarot sepenuhnya dipilih dari kalangan non-muslim. Sentimen asal agama dari calon ternyata masih melekat di kalangan pemilih.
"Meski sebagian kecil pemilih tidak menghiraukan itu, tapi kenyataan pilkada DKI pemilih justru bulat memilih pasangan Ahok-Djarot, dan inilah yang membuktikan kemenangan pasangan ini dari sentimen agama," kata Anang.
Berbeda dengan sejumlah pendapat pengamat yang menyebut bahwa Isu SARA tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilih untuk kepentingan politik sesaat. Tapi, kata dia, pengalaman pilkada DKI Jakarta sentimen agama muncul ketika pemilih di DKI bingung, maka sebagian pemilih kembali memutuskan pilihannya terhadap latarbelakang agama asal pasangan calon.
"Banyak imbauan kalau isu SARA tak usah dibesar-besarkan. Tapi justru, yang memainkan isu ini berasal dari para elite politik dan kelompok politik tertentu. Politik sepertinya memang tidak sehat, karena pemilih digiring untuk menumbuhkan sentimen agama yang dianutnya. Dan ini bertentangan dengan kondrat manusia," katanya.
Anang menegaskan, pelaksanaan pilkada serentak yang baru saja berlalu merupakan arena pertarungan elite politik partai. Anang memandang, isu sentimen agama yang dimainkan kelompok politik dan tim sukses, ternyata berpengaruh pada pemilih.**
"Kalau disebut isu SARA tidak sepenuhnya benar. Tapi, sikap pemilih terhadap asal agama dari pasangan calon sangat dominan mempengaruhi sikap pemilih," kata Anang Anas Azhar menjawab wartawan, di Medan, Selasa (21/2).
Fakta yang baru terjadi, kata Anang, pilkada DKI Jakarta memperlihatkan bahwa pasangan Ahok-Djarot sepenuhnya dipilih dari kalangan non-muslim. Sentimen asal agama dari calon ternyata masih melekat di kalangan pemilih.
"Meski sebagian kecil pemilih tidak menghiraukan itu, tapi kenyataan pilkada DKI pemilih justru bulat memilih pasangan Ahok-Djarot, dan inilah yang membuktikan kemenangan pasangan ini dari sentimen agama," kata Anang.
Berbeda dengan sejumlah pendapat pengamat yang menyebut bahwa Isu SARA tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilih untuk kepentingan politik sesaat. Tapi, kata dia, pengalaman pilkada DKI Jakarta sentimen agama muncul ketika pemilih di DKI bingung, maka sebagian pemilih kembali memutuskan pilihannya terhadap latarbelakang agama asal pasangan calon.
"Banyak imbauan kalau isu SARA tak usah dibesar-besarkan. Tapi justru, yang memainkan isu ini berasal dari para elite politik dan kelompok politik tertentu. Politik sepertinya memang tidak sehat, karena pemilih digiring untuk menumbuhkan sentimen agama yang dianutnya. Dan ini bertentangan dengan kondrat manusia," katanya.
Anang menegaskan, pelaksanaan pilkada serentak yang baru saja berlalu merupakan arena pertarungan elite politik partai. Anang memandang, isu sentimen agama yang dimainkan kelompok politik dan tim sukses, ternyata berpengaruh pada pemilih.**
0 comments:
Post a Comment